Kamis, 19 Juli 2012

Capek Tapi Nikmat


Bacaan : Matius 11:28-30.
Pujian: KJ  370
Ada seorang penjual gethuk di pasar blauran Surabaya yang usianya sudah lebih dari 70 tahun dan sudah berjualan gethuk lebih dari 50 tahun. Sehari-hari dia hanya tidur tak lebih dari 5 jam. Membuat gethuk dan menjualnya di pasar, itulah penyebabnya. Saya bertanya, apakah dia tidak pernah merasa capek? Jawabnya, “capek tapi nikmat”. Karena hanya dengan berjualan gethuk ini, dia mampu mendewasakan anak-anaknya sampai mandiri dan berkeluarga.
Seperti sepasang kerbau di sawah, yang dipasangi “KUK” pada tubuhnya untuk membajak sawah. Demikian Tuhan Yesus menggambarkan bagaimana kehidupan umat manusia di dunia ini. Perlu usaha yang keras, semangat yang tak pernah padam untuk menaklukkan kehidupan dunia. Tak ada seorangpun yang merasa bahwa kehidupan sekarang itu mudah. Di mana-mana ada kompetisi (persaingan). Seakan-akan berlaku hukum rimba,”Siapa yang kuat, dia yang menang”
Berbahagialah kita yang menjadi milik Kristus. Di tengah perjuangan kita, terdengar suaraNya, “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu”. Suara itu sungguh luar biasa dan menyejukkan kita. JanjiNya memang memberikan kelegaan, walau bukan melepaskan semua keletihan kita. Tetapi mari kita renungkan, bukankah kita akan merasa lega bila kita mampu mengatasi segala hal, walaupun hal itu membuat kita letih?
Yang harus kita lakukan adalah terus berjuang dan berjuang. Jangan mau kalah dengan si mbok penjual gethuk di pasar Blauran. Ingat kata-katanya, “‘meski capek tapi nikmat”. Tak perlu meratapi betapa capeknya kita di dalam berjuang. Ingat saja betapa nikmatnya hasil ketekunan dan perjuangan kita. Ingat juga suara Kristus yang sudah pasti akan memberikan kelegaan kepada kita. Dengan itulah, KUK yang dipasangkan kepada bahu kita akan terasa ringan dan beban itu tidak terlalu berat bagi kita. [Oka]
“Lebih baik capek tapi nikmat hasilnya, daripada segar tapi menghasilkan apa-apa”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar