Kamis, 23 Januari 2014

Sama Dengan Roh Jahat ?


Bacaan : Markus 3 : 7 – 12
Nyanyian : KJ 369a
Nats :  “Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur dihadapanNya, dan berteriak: “Engkaulah Anak Allah.” [ayat 11]

Ketika Tuhan Yesus dan murid-muridNya menyingkir ke danau, banyak orang dari Galilea mengikutiNya. Juga dari Yudea, Yerusalem, Idumea, seberang Yordan, daerah Tirus, dan Sidon datang banyak orang kepadaNya karena mereka mendengar segala yang dilakukanNya. Demikian juga, roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapanNya dan berteriak: ”Engkaulah Anak Allah”.
Yang menarik buat kita adalah bahwa roh-roh jahat mengakui bahwa Yesus sebagai Anak Allah. Demikian juga kita sebagai orang Kristen juga percaya bahwa Yesus adalah Anak  Allah. Kalau begitu, apa bedanya roh-roh jahat dengan kita sebagai orang Kristen? Sebab, roh jahat dan kita sama-sama mengakui Yesus sebagai Anak Allah.
Andai kata kita sebagai orang beriman kepada Yesus, hanya mampu mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah, sudah barang tentu kita tidak jauh berbeda dengan roh-roh jahat. Roh-roh jahat hanya mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah, tetapi kenyataannya tidak melakukan perintah-perintahNya, bahkan selalu mempengaruhi manusia supaya tidak mentaati dan tidak melakukan perintah-perintah Allah. Roh jahat selalu menghalang-halangi manusia untuk taat dan melakukan perintah-perintah Allah.
Jadi, supaya kita tidak sama dengan roh-roh jahat, sudah barang tentu kita mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah dan melakukan segala perintah-perintahNya. Jadi, apakah kita sama dengan roh-roh jahat? Tentu seharusnya kita tidak sama dengan roh-roh jahat itu. Tetapi jawabannya adalah terserah kepada kita masing-masing, tergantung dari kemauan kita taat kepada segala perintahNya. Bahkan roh-roh jahat pun akan takut kepada kita jika kita benar-benar taat kepada Tuhan Yesus. Sebab, Tuhan Yesus akan selalu ada di dalam diri kita. [DG]
“Apa yang kita imani dalam Yesus harusnya sama dengan yang kita lakukan”


Selasa, 21 Januari 2014

Sabar Menanti Janji Tuhan



Bacaan : Ibrani 6 : 9 – 20
Nyanyian : KJ 84
Nats : Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang. [10]

Sering kita jumpai banyak anak-anak Tuhan yang selalu mengeluh dan bersungut-sungut ketika melayani Tuhan. Mereka berkata, “Mengapa hidupku penuh masalah dan tidak mengalami perubahan apa-apa, padahal aku sudah bertahun-tahun melayani Tuhan? Sedangkan orang lain yang tidak terlibat pelayanan hidupnya lebih enak dan terlihat tidak pernah berkekurangan. Lebih baik tidak usah capek-capek melayani Tuhan, mending santai-santai, pelayanan ‘kan urusan hamba Tuhan atau fulltimer. Kupikir Tuhan telah menutup mata atau melupakan segala jerih payah dan pekerjaan yang kulakukan untuk Dia.” Orang seperti ini menjadi lemah dan tidak lagi bersemangat melayani Tuhan. Secara perlahan ‘api’ itu redup dan akhirnya benar-benar padam.
Anggapan bahwa Tuhan diam saja adalah salah besar! Firman Tuhan dengan sangat jelas menyatakan bahwa Tuhan akan memperhitungkan segala yang kita kerjakan untuk kemuliaan nama-Nya. Apa pun pelayanan kita, tidak satu pun yang terlewat dalam pandangan-Nya. Tuhan sudah menyediakan upah! Penulis Amsal berkata, “Dalam tiap jerih payah ada keuntungan,” (Amsal 14:23a). Maka dari itu Abraham tetap menunjukkan kesungguhannya dan terus berpegang teguh pada pengharapan, dia menanti janji Tuhan dengan sabar, dan pada waktuNya ia memperoleh apa yang dijanjikan baginya.
Bila saat ini janji Tuhan serasa jauh dan belum sepenuhnya dinyatakan dalam hidup kita, jangan menjadi kendor apalagi frustasi, tetapi “…berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” Apa yang dijanjikan Tuhan tidak pernah diingkari-Nya, pasti akan ditepati pada waktu yang tepat. Kita tidak perlu kuatir. Kita fokus saja pada tugas pelayanan kita dengan tulus tanpa pamrih. [HB]

“Mengasihi dan melayani Tuhan adalah hak istimewa yang diberikan kepada kita. Memberi upah adalah hak dan tanggung jawab Tuhan sendiri.”

Senin, 20 Januari 2014

Dadi Jalarane Karahayon


Waosan : Ibrani 5 : 1 – 10
Pamuji KPK 62 : 1, 2
Nats : Lan sawise nggayuh kasampurnane, Panjenengane dadi
jalarane karahayon kang langgeng tumrap sakehing wong kang mituhu marang Panjenengane.[9]

Ngantos dumugi samangke ing antawis kita taksih wonten kemawon priyantun ingkang dados orangtua asuh langsung utawi boten langsung. Para tetiyang menika apengawak dados orangtua asuh, tegesipun mapanaken gesangipun dados gantosipun tiyang sepuhipun lare ingkang mbetahaken pitulungan, kanthi tujuan saged dados pitulungan kangge lare-lare ingkang mbetahaken. Priyantun menika kedah nggadhahi empati (welas asih) dhateng lare ingkang dipun tulungi, purun nyanggi sawetawis malah saged ugi sedaya kabetahanipun lare punika, paring tutunan, tulada,lsp kanthi tujuan karahayonipun lare ingkang dipun tulungi, karahayon lair lan batin, donya akerate.
Gusti Yesus ing waosan kita menika jumeneng dados jalaranipun manungsa ingkang mituhu dhateng Panjenenganipun nampi karahayon langgeng. Imam Agung kapiji saking antawisipun manungsa, katetepaken dados pantaranipun manungsa kaliyan Gusti Allah, supados nyaosaken kurban tumraping dosa. Imam Agung kedah saged ngraosaken kasangsaranipun manungsa, karana piyambakipun piyambak ugi kebak ing kaapesan. Imam Agung kedah nyaosaken kurban tumraping dosa, boten namung kangge umat ananging ugi kangge badanipun piyambak.
Mekaten ugi Gusti Yesus minangka Imam Agung, senadyan boten saged kasamekaken kaliyan Imam Agung-Imam Agung sanesipun, karana Gusti Yesus tanpa dosa. Gusti Yesus sampun ngurbanaken sariranipun pribadi ing kajeng salib, sepisan kangge salaminipun, kangge karahayonipun jagad. Dados jalaranipun manungsa, ingkang mituhu dhateng Panjenenganipun, nampi lan nggadhahi karahayon lair batin, donya akeratipun. Kula lan panjenengan sami ingkang sampun nampi karahayon saking Gusti, wonten ing pundi kemawon dunung kita, lan kadosa pundi kemawon kawontenan kita, katimbalan dados jalaranipun tiyang sanes nampi lan ngalami karahayon ingkang wetah, lair batin, donya akerate. Amin. [SS]
“Kita kaslametaken supados dados jalaran kaslametaning tiyang sanes.”


Senin, 13 Januari 2014

Rising Star

Bacaan : Ibrani 1 : 1 – 6
Nyanyian : KJ 275
Nats : “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan.”[ayat 3]
Istilah “Rising Star” atau bintang yang bersinar cemerlang, biasanya dipakai untuk menggambarkan potensi masa depan yang dimiliki seorang tokoh. Karena kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya, dia dianggap akan menjadi pemimpin besar yang bersinar di masa depan. Potensi itu terlihat alami, tidak dibuat-buat, sehingga publik melihat dan meyakininya.
Yesus Kristus adalah “rising star” yang tercatat secara luar biasa di dalam Alkitab. Keberadaan-Nya yang singkat di dunia ini membawa arti dan warna tersendiri dalam sejarah kehidupan umat manusia. Teladan kasih yang diberikan-Nya menorehkan kesan yang begitu mendalam. Sikap hidup yang bersahaja, namun penuh ajaran kasih tanpa batas membuat dunia ini mengakui bahwa Yesus adalah pelaku kasih yang sejati.
Sebagai pribadi yang memancarkan cahaya kemuliaan Allah, Yesus memberikan diri-Nya secara total untuk umat manusia yang dikasihi-Nya. Sejarah mencatat bahwa Yesus tidak pernah pilih-pilih dalam bergaul dan membagikan kasih-Nya.  Ada orang cacat, sakit, penjahat bahkan pelacur yang di terima-Nya dan dipulihkan kehidupan spiritualitasnya menjadi lebih baik.
Dia adalah “rising star” sejati yang memancarkan wujud cahaya Allah yang penuh kasih. Semua yang telah diajarkan-Nya abadi dan dilakukan oleh umat manusia yang hidup beribu-ribu tahun sesudahnya. Kemerlap cahaya yang diberikan-Nya masih ada dan akan terus ada di dalam hati setiap orang yang percaya kepada-Nya. Kesaksian para penulis Alkitab menunjukkan bahwa kepemimpinan yang dimiliki Yesus adalah kepemimpinan yang melayani, yang menggunakan kekuasaan-Nya untuk melayani umat manusia, bukan untuk memperbudak manusia. Kepemimpinan yang melayani inilah yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan dan dicari oleh masyarakat.
Betapa bangganya kita, memiliki pemimpin yang sejati seperti Tuhan Yesus. Yang bisa kita temui setiap saat dalam hubungan spritualitas pribadi kita. Dia dekat dan melekat di hati kita. Bila kita tulus dan taat kepada-Nya. (Oka)
“Bintang sejati memancarkan cahaya yang tak pernah padam dan tenggelam oleh waktu”


Kamis, 09 Januari 2014

Kesalehan Sosial


Bacaan : Lukas 4 : 14 – 22
Pujian :  KJ 231 : 1 – 2

Pelayanan yang dilakukan oleh Yesus Kristus merupakan pelayanan yang estafet (terus menerus tanpa henti). Pelayanan yang padat tentunya menguras tenaga,  pikiran dan waktu serta pasti diperhadapakan dengan berbagai tantangan. Ketika tersiar kabar bahwa Yesus Kristus akan kembali ke Galilea dan mengajar di rumah ibadat maka orang banyak datang untuk mendengarkan ajaranNya. Pada suatu hari Sabat ketika Dia mengajar, kepadaNya diberikan Kitab Nabi Yesaya untuk dibacakan.
Tuhan Yesus menyampaikan kabar baik untuk orang-orang menderita karena kemiskinan, tertawan, orang buta dan tertindas. Dia menyampaikan kabar baik ini karena Roh Tuhan ada padaNya. Dalam kisah pelayananNya diketahui bahwa Dia tidak hanya memberitakan kabar baik itu, melainkan menggenapinya dengan menolong orang-orang menderita itu. Pelayanan kabar baiknya membuat orang banyak terkagum-kagum dan tercengang-cengang.
Kalau Roh Kudus ada pada seseorang, maka orang itu akan menyampaikan kabar baik dan melakukannya bagi orang-orang yang menderita. Itulah bukti utama adanya Roh Kudus pada diri seseorang, bukan sekedar berbicara dalam bahasa roh. Roh Tuhan berkarya menggerakkan orang untuk memberlakukan kasih dan karya Allah untuk umatNya yang menderita. Jikalau Roh Tuhan tinggal dan berkarya di dalam diri seseorang, maka orang itu akan mempunyai kesaleha sosial.
Setiap orang yang sudah dibaptis, termasuk kita tentu mengaku bahwa Roh Tuhan ada kita. Sebab, ya dalam baptisan itulah Roh Tuhan dicurahkan kepada kita. Tentu tidak ada orang Kristen yang mau dianggap tidak kadunungan (ketempatan) Roh Tuhan. Tetapi pengakuan kita tentang adanya Roh Tuhan di dalam diri kita membutuhkan bukti nyata. Untuk itu mari kita tunjukkan buktinya dengan memberikan perhatian dan pertolongan yang nyata kepada orang-orang yang menderita: miskin, sakit, susah, tertindas, terpenjara, dsj. [PDL]
“Pengurapan Roh Kudus nyata dalam kesalehan sosial orang percaya”


Selasa, 07 Januari 2014

Kehadiran Tanpa Kata


Bacaan : Markus 6 : 53 – 56
Pujian : KJ 82
Nats : “Ke manapun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.” [ayat 56]

Dalam Injil hari ini, penginjil Markus melukiskan kegiatan Yesus yang berada dari kota ke kota atau dari kampung ke kampung di wilayah Genesaret. Markus tidak melaporkan kata-kata Yesus dalam perjalanan itu. Kelihatannya Markus mau menampilkan sisi lain dari pewartaan Yesus, yaitu kehadiran-Nya yang menyembuhkan. Kehadiran tanpa kata ini menyampaikan banyak hal kepada para murid yang mengikuti-Nya dan juga orang-orang di sekitar yang membawa orang-orang sakit kepada-Nya. Penduduk di daerah itu mengenal Yesus dan segera membawa banyak orang sakit dan meminta untuk menyentuh saja jumbai jubah Yesus agar dapat disembuhkan. Menarik juga dilihat bahwa tidak ada pengakuan dari pihak orang-orang tersebut bahwa Yesus adalah Mesias. Semuanya dilaporkan oleh Markus dalam bentuk tanda-tanda.
Kehadiran Yesus di wilayah Genesaret ini membawa penyembuhan kepada banyak orang sakit yang ada di sana. Hal ini terjadi karena penduduk itu mengenal Yesus sebagai seorang yang mampu menyembuhkan walau hanya menyentuh jubah-Nya saja. Orang banyak itu tidak sampai mengenal Yesus sebagai Mesias. Hal ini masih tersembunyi di hadapan mereka. Anehnya Yesus membiarkan mereka demikian. Rupanya penginjil Markus mau menampilkan Yesus sebagai seorang pribadi yang mau mendidik orang-orang di Genesaret mengenal Dia untuk coba menyelami lebih mendalam bahwa pemakluman mengenai siapakah Yesus tidak harus dengan kata-kata melainkan dengan kehadiran-Nya yang menyembuhkan.
Ini menjadi pengajaran bagi kita hari ini, bahwa kata-kata akan berharga jika disertai dengan perbuatan. Kata-kata yang banyak tanpa perbuatan hanya akan menambah kehinaan orang yang mengatakannya. Karena itu mari lebih suka berbuat sesuatu dari pada berkata-kata, apalagi jika itu hanya basa-basi. [HB]
”Orang lebih peduli pada seberapa banyak yang Anda lakukan, bukan pada seberapa banyak yang Anda katakan.”


Jumat, 03 Januari 2014

Berserahlah, Ia Akan Menolongmu


Bacaan : Markus 6 : 45-52
Nyanyian : KJ 409
Nats : “Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan anginpun redalah” (ayat 51-a)
Seorang anak kecil berusia 11 tahun tergolek lemah di atas brankar. Ia hanya bisa pasrah ketika dokter mengatakan bahwa saat itu juga ia harus dioperasi karena sakit usus buntu yang dideritanya. Apabila tidak dioperasi penyakit itu akan dapat mengakibatkan kematiannya. Rasa cemas, serta rasa sakit yang amat sangat dan ditambah tangisan ibunya membuatnya semakin tak berdaya. Ibunya tak henti-henti menangis dan memintanya agar terus berdoa supaya Tuhan memberinya mujizat. Hal ini bisa dimaklumi karena sang ayah pada saat itu sedang bertugas di luar pulau, di sebuah tempat yang saat itu sedang dilanda pemberontakan bersenjata. Kegalauan telah  mendorong anak tersebut untuk berdoa dengan sungguh-sungguh memohon pertolongan-Nya. Mujizatpun terjadi, setelah dilakukan pemeriksaan ulang, dokter memutuskan bahwa operasi harus dibatalkan.
Seringkali kita juga dihimpit oleh berbagai permasalahan atau prahara hidup yang seolah-olah siap menelan dan menenggelamkan kita. Begitu menakutkan dan mengerikan sehingga membuat kita betul-betul tak berdaya dan pasrah. Mungkin hal itu juga yang dialami para murid ketika perahu mereka dihantam oleh angin sakal (ayat  48). Lemas sudah rasanya… Apa mau dikata, mungkin sudah waktunya perahu itu akan tenggelam.
Di tengah pergumulan antara hidup dan mati, Yesus datang dan naik ke perahu itu dan redalah prahara itu seketika. Pertolongan Tuhan dirasakan begitu nyata oleh para murid, demikian juga bagi anak dan ibu pada cerita di atas. Apakah anda sedang mengalami prahara dalam hidup anda? Atau apakah anda mengetahui adanya orang lain yang sedang mengalami prahara dalam hidupnya? Apa yang seharusnya dilakukan? Berserah pada-Nya, biarkan Dia masuk dalam perahu hidupmu/nya dan meredakan prahara itu. Karya keselamatan-Nya sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan insan yang berserah dan senantiasa mengandalkan Dia dalam hidupnya. Amin. [DK]
Pertolongan-Nya tepat pada waktunya. Kuatkanlah hatimu! Pasrahkan pergumulan dan prahara hidupmu ke dalam kuasa-Nya!

Kamis, 02 Januari 2014

Bubur Anget

Bacaan: 1Yoh. 2: 28-3: 6
Miturut tiyang Jawi, wulan Januari punika nggadahi artos “Hujan sehari-hari” Artosipun saben dinten jawah. Wanci jawah punika ndandosaken padharan tansah kraos luwe. “Madhu…ang,…madhu…ang (madhang) Wonten ing Jawa Tengah artosipun madhang menika mangan/nedha.
Swanten punika kalawau tangisipun lare alit ingkang nami Poniman, Ingkang keluwen. Tangisipun inggih saestu mrihatosaken sak sintena ingkang mireng. Tangginipun mireng lan cluluk dhateng anakipun: “Le…thole, metua njaba sapa kang nangis kae ?” “Nggih mbok” wangsulanipun lare kalawau ingkang ugi nenggani tiyang sepuhipun ndamel bubur. Lare kalawau lajeng cluluk dateng tiyang sepahipun, “Mbok-mbok, ingkang nangis kalawau Poniman, kok ketingalipun keluwen.” “Wis nek ngono bubur sak piring iki terna kanggo Poniman.” Sasampunipun dipun teri bubur menika sampun mboten kepireng malih tangisipun Poniman.
Waosan ing inggil kalawau nedahaken bilih kesang kita kedah nggadahi piwelas (kepedulian) dumateng sesami. Kita dipun dawuhi lan dipun prentah supados paring tedha dateng tiyang ingkang mbetahaken. Dados mboten cekap yen kita namung ndongaaken. Punapa malih yen saweg nampeni tedhan (berkah) saking Gusti lajeng kita ndedonga “…biarlah Tuhan sendiri yang memberkati mereka”. Pandonga punika mekaten mboten patut. Menika rak sami mangsulaken dhawuh prentahipun Gusti punika dhumateng Gusti malih.
Sumangga kula lan panjengengan nglampahi punapa ingkang dipun dhawuhaken dening Gusti Yesus tumrap para murid. Dados menawi kita manggihi sedherek kita ingkang mbetahaken pambiyantu kita arupi punapa kemawon. Kita saged nyonto illustrasi ingkang inggil kalawau arupi sepiring bubur kemawon saged ndadosaken Poniman mboten luwe lan nangis malih. Mugi Gusti mberkahi kita sadaya. [DG]
“Mugi Gusti mitulungi kawula kangge mitulungi tiyang sanes, lan mberkahi kawula kangge mberkahi tiyang sanes”