Selasa, 07 Mei 2013

Seni Berkomunikasi


Bacaan : YAKOBUS 1 : 16-27. 
Pujian: 
KJ59
Nats : “…
ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata…” (ayat 19)
Majalah Times pernah menulis, Presiden RI Susilo Bambang Yudhono adalah salah seorang perwira tinggi TNI yang memiliki kemampuan berkomunikasi sangat baik. “He is a strong communicator”, demikianlah ditulisnya. Ini terjadi karena SBY dapat menuturkan segala persoalan politik dengan bahasa yang lugas dan dapat dimengerti oleh segala lapisan.
Arti kata komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yg dimaksud dapat dipahami. Dalam hal ini ada pembicara dan ada pendengar. Komunikasi yang baik dan bermutu akan terjadi ketika kedua pihak dapat berganti peranan dalam hal berbicara dan mendengar. Sebaliknya, komunikasi akan terasa kacau bila kedua pihak tidak dapat memainkan peranan secara bergantian ketika berkomunikasi.
Coba kita lihat dalam sebuah kasus pertengkaran. Kedua belah pihak tidak dapat memainkan peranan secara bergantian. Sama sama bicara dengan nada yang meledak-ledak. Hanya mulut yang aktif, sementara telinga tertutup rapat. Oleh karenanya terkesan tak ada solusi atas pertengkaran tersebut.
Sebagai makhluk ciptaan Allah yang dikaruniai berbagai alat indera, mestinya setiap orang dapat memainkan semua alat indera yang dimiliki dengan sebaik-baiknya. Seperti nasihat dalam surat Yakobus, hendaklah kita lebih cepat mendengar daripada berbicara. Karena dengan mendengar dan memahami persoalaan yang ada, maka selanjutnya akan terjadi proses berbicara yang berkualitas baik.
Disinilah inti berkomunikasi yang sesungguhnya akan terjadi. Yakni ketika kita bukan hanya berbicara dengan baik, namun juga mampu mendengar dengan baik, dengan sabar dan seksama. Dengan kata lain bisa kita simpulkan bahwa tidak ada orang yang dikatakan pandai berkomunikasi bila hanya pandai bicara, tetapi tidak pernah mau untuk mendengar. [oka]
“Seni komunikasi terbaik adalah kemampuan mendengar, bukan berbicara.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar