Jumat, 07 Juni 2013

Makna Sejarah

Bacaan: Kisah Para Rasul 7: 17-29. 
Nyanyian : 
KJ 427
Nats : “Raja itu mempergunakan tipu daya terhadap bangsa kita dan menganiaya nenek moyang kita serta menyuruh membuang bayi mereka, supaya bangsa kita itu jangan berkembang.” (Ayat 19)
Hanya sedikit orang yang suka mempelajari sejarah. Sedikit pula yang tertarik menulis sejarah. Sebab, di dalam mempelajari sejarah orang tidak bisa menghindar dari pekerjaan menghafal. Banyak yang harus dihafalkan, di antaranya: nama, karakter dan perbuatan orang-orang, tempat, waktu (tahun, bulan bahkan hari), peristiwa yang terjadi.
Saya pernah menulis riwayat perjalanan hidup saya, mulai lahir sampai tugas pelayanan saya di Tanzania, Afrika. Saya pikir itu akan bermanfaat bagi anak-cucu saya kelak atau bahkan orang lain. Tetapi, sayangnya tulisan di dalam laptop saya itu hilangkarena laptopnya dicuri maling.
Ketika menghadapi tuduhan pelecehan bangsa dan Bait Suci, Stefanus menceritakan sejarah bangsa Israel. Dia menceritakan bangsa itu sejak awal mula terbentuk bangsa pilihan Allah itu. Dia mengungkapkan pemanggilan Allah terhadap Abraham, Ishak, Yakob, para leluhur mereka, pergulatan mereka sampai di tanah Mesir, sepak terjang Musa, sampai pada pembunuhan Tuhan Yesus. Yang sangat penting diungkapkan oleh Stefanus dari sejarah itu adalah sikap dan perbuatan bangsanya itu sendiri. Dengan pengungkapan sejarah itu, Stefanus mengingatkan dan menegur anggota Mahkamah Agama dan orang banyak yang menghakiminya. Mereka diingatkan kembali kepada karya dan kehendak Allah yang menuntun mereka, walaupun ternyata mereka menanggapinya dengan geram.
Dari sejarah kita bisa mengetahui dasar dan tujuan awal dari segala sesuatu yang terjadi kemudian. Kita bisa mengetahui apakah yang kita lakukan dan yang terjadi sekarang sesuai dengan dasar dan tujuan awal itu. Kita bisa menyadari sejauh mana visi dan misi kita menjadi kenyataan. Dari sejarah kita bisa belajar menjadi lebih bijaksana, mendapatkan hikmah darinya.
Karena itu, marilah kita berusaha menulis perjalanan hidup kita (pribadi, keluarga, gereja), sehingga dapat menjadi pelajaran kelak bagi anak-cucu kita. Kita mempelajari dan menceritakan sejarah keluarga, gereja dan bangsa kita kepada mereka. [ST]
“Sejarah adalah filosofi yang berdasarkan keteladanan.” (Dionysius)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar