Rabu, 19 September 2012

Sedikit Bicara Banyak Mendengar


Bacaan : Lukas 7:31-35.
Pujian: KJ 49
Nats: “Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya” (ayat 35)
Pernahkan anda amati kedua orang yang sedang cek-cok atau adu mulut? Kedua belah pihak saling berkata setengah berteriak, bahkan terkadang saling memaki. Bagian dari organ tubuh yang paling aktif adalah mulut, sedangkan yang paling pasif adalah telinga. Semakin lebar mulut menganga, semakin tertutup rapat telinga. Padahal ada sebuah kata bijak, bahwa Tuhan menciptakan 2 telinga dan 1 mulut agar kita lebih banyak mendengar daripada berkata.
Bacaan kita hari ini menceritakan bagaimana Tuhan Yesus memberikan kritik kepada orang-orang farisi dan ahli taurat. Mereka memakai pengetahuan yang dimiliki untuk mengajar dengan cara yang tidak benar. Ajaran-ajaran yang diberikan bertentangan dengan perbuatan yang mereka lakukan, utamanya bertentangan dengan ajaran kasih. Banyak bicara terkadang membuat kita lupa mendengar. Dan jika itu terjadi maka akan membawa kita pada kecongkaan diri. Sering merasa bahwa diri kitalah yang paling benar dan paling hebat. Sementara orang lain bukanlah siapa siapa dibandingkan kehebatan kita. Tanpa disadari hal ini akan berpotensi membawa kita pada kegagalan berkomunikasi. Pola komunikasi yang baik seharusnya berpola seimbang dan selaras. Kedua belah pihak haruslah berbicara dan mendengar dengan porsi yang seimbang.  Ada satu cara untuk merubah kebiasaan berbicara terlalu banyak. Ambil waktu sesaat dalam kesendirian dan jauh dari kebisingan. Maksimalkan telinga kita untuk mendengar pelbagai bentuk bunyian, termasuk bunyi semilir angin atau gemericik air. Dari situ kita akan merasakan ketenangan jiwa. Dan dari situ pula kita akan merasakan indahnya mendengar. Sekaligus belajar mengendalikan mulut kita. [OKA]
“Kemampuan menyelaraskan mulut dan telinga menjadikan orang berhikmat”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar