Rabu, 03 September 2014

Pujianmu, Asli atau Palsu ?



Bacaan : Lukas 6 : 20 – 26  |  Nyanyian : KJ 391
Nats: “Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.” [ayat 26]
Sebuah pujian memang diperlukan. Konon katanya dengan pujian seseorang dapat menjadi semakin termotivasi untuk menjadi lebih giat, lebih maju, dll. Namun pada saat yang sama, pujian juga dapat membuat orang merasa dirinya sebagai orang yang superior (memilki kelebihan dibandingkan dengan orang lain). Itu artinya bahwa pujian dapat juga membawa seseorang kepada kejatuhan dan kesombongan. Bayangkan saja apabila seseorang merasa bahwa dirinya bisa melakukan apa saja tanpa bantuan orang lain! Atau mungkin juga dapat terjadi bahwa orang tersebut akan memandang rendah orang lain.
Pujian bukanlah sesuatu yang buruk, tetapi ketika kita terlalu sering mendengar pujian, maka bukan tidak mungkin suatu saat kita akan menjadi orang yang tidak tahan menghadapi kritikan sekecil apapun. Apabila kita perhatikan, Tuhan Yesus telah memperingatkan, bahwasanya kita harus berhati-hati dan waspada terhadap pujian. Ada puji-pujian yang palsu, yang menina-bobokkan seseorang atau bahkan melambungkannya terlalu tinggi.
Pesan dalam bacaan kita di atas sudah sangat jelas. Dalam hal mengikut Kristus, maka kita akan diperhadapkan pada situasi yang seringkali tidak nyaman. Akan ada banyak kritik, celaan dan kebencian yang bisa kita terima ketika kita mengikut Dia, bahkan mungkin kita bisa dikucilkan dari pergaulan (ay.22-23). Namun justru Tuhan Yesus menyatakan bahwa kita patut berbahagia karenanya.
Nabi-nabi palsu lebih menyuarakan “apa yang ingin didengar” dan bukan “apa yang harus didengar” oleh umat. Artinya, bahwa mereka memiliki kecenderungan untuk menyampaikan hal-hal yang kelihatannya baik padahal sebenarnya tidak demikian. Kita hanya mau mendengar sesuatu yang mengenakkan telinga. Kita cenderung enggan untuk mendengar suara Tuhan yang menegur dengan keras, padahal di balik itu justru ada kekuatan baru. Marilah kita belajar dengan sungguh-sungguh untuk mendengarkan suara Tuhan. [DK]
“Pujian yang tulus membangkitkan sukacita namun pujian palsu dapat meruntuhkan hati”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar