rashoova2.files.wordpress.com |
Bacaan : Matius 5: 43-48
Pujian KJ 426
Nats: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Ayat. 44)
Pada tahun 1956, 5 misionaris Amerika berupaya mengabarkan Injil kepada suku Indian di pedalaman Ekuador. Suku yang dikenal dengan nama suku Waodani ini adalah suku yang berbahaya dan suka berperang. Suku lain yang mengancam siap mereka habisi dengan tombak-tombak mereka. Kelima misionaris ini berupaya dengan segala cara untuk bisa menjangkau mereka. Tapi sayang saat mereka berhasil berjumpa dengan suku ini, hidup kelimanya berakhir begitu saja di ujung tombak-tombak suku Waodani. 2 tahun kemudian, janda-janda dan saudara-saudara perempuan misionaris ini memutuskan tinggal di tengah-tengah mereka untuk meneruskan pemberitaan Injil. Mereka berhasil mengasihi orang-orang yang telah membunuh suami dan orang-orang tercinta mereka. Mereka hidup bersama-sama dalam teladan Kristus. Pada akhirnya suku ini mau meletakkan tombak-tombak mereka dan ini juga berpengaruh pada suku-suku lainnya; tidak ada lagi perang dan saling bunuh.
Pujian KJ 426
Nats: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Ayat. 44)
Pada tahun 1956, 5 misionaris Amerika berupaya mengabarkan Injil kepada suku Indian di pedalaman Ekuador. Suku yang dikenal dengan nama suku Waodani ini adalah suku yang berbahaya dan suka berperang. Suku lain yang mengancam siap mereka habisi dengan tombak-tombak mereka. Kelima misionaris ini berupaya dengan segala cara untuk bisa menjangkau mereka. Tapi sayang saat mereka berhasil berjumpa dengan suku ini, hidup kelimanya berakhir begitu saja di ujung tombak-tombak suku Waodani. 2 tahun kemudian, janda-janda dan saudara-saudara perempuan misionaris ini memutuskan tinggal di tengah-tengah mereka untuk meneruskan pemberitaan Injil. Mereka berhasil mengasihi orang-orang yang telah membunuh suami dan orang-orang tercinta mereka. Mereka hidup bersama-sama dalam teladan Kristus. Pada akhirnya suku ini mau meletakkan tombak-tombak mereka dan ini juga berpengaruh pada suku-suku lainnya; tidak ada lagi perang dan saling bunuh.
Situasi ini adalah situasi yang sangat sulit. Seberat-beratnya penderitaan atas kehilangan suami dan saudara tercinta, para janda dan saudari misionaris ini bisa saja sampai pada kondisi untuk bisa mengampuni suku Waodani. Tapi untuk mengasihi dan tinggal di tengah-tengah mereka adalah sesuatu yang bisa dipandang “tidak waras”.
Tapi itulah kasih yang sesungguhnya. Kasih sejati itu berada jauh di luar jangkauan akal. Lebih lagi kalau dirasa dengan perasaan akan membuat hati terluka. Seperti itulah kasih yang Allah teladankan kepada kita. Allah mengasihi semua orang. Entah itu orang-orang yang tulus hatinya ataupun orang-orang yang menghujat nama-Nya. Semua layak dikasihi-Nya, karena kelembutan hati Allah tidak menginginkan setiap orang binasa karena dosa.
Allah ingin supaya kita mampu mengasihi orang-orang yang telah menganiaya kita. Allah ingin mereka berubah menjadi orang-orang yang dipenuhi kasih dan kehangantan cinta setelah benar-benar merasakan ketulusan kasih kita. (gih)
Balaslah kebencian dengan kasih supaya dunia tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar