Senin, 17 November 2014

“Bisa memberi hujan?….”



Bacaan : Lukas 19 : 1 – 10  |  Pujian : 260 : 1
Nats: “..TUHANlah yang membuat awan-awan pembawa hujan deras..” [ayat 1]

Dunia ini memang banyak menawarkan hal-hal yang tampak sangat menjanjikan. Mulai dari penawaran obat pembasmi nyamuk, sampai penawaran calon presiden, penuh dengan kata-kata indah yang bisa mempengaruhi masyarakat untuk percaya begitu saja. Namun apa yang dinubuatkan Zakharia kepada penduduk Yehuda pada zaman Darius, Raja Persia, bukanlah tawaran yang menjual janji. Zakharia menyerukan bahwa jika umat membutuhkan hujan, maka umat  harus memohonnya kepada Allah, bukan mempersembahkan kurban kepada berhala-berhala. Zakharia mengajak umatNya untuk kembali berdoa kepada Allah dengan kesungguhan hati. Allah juga berfirman bahwa Ia akan membela umatNya dari para pemimpin bangsa-bangsa musuh atau para pemimpin Yehuda yang gagal menjadi gembala yang baik (ayat 3). Demikianlah firman Allah yang kekal, senantiasa memberkati setiap umat yang percaya kepada-Nya, di tengah tawaran dunia yang menggiurkan tetapi hanya membuat umat jauh dari Allah.
Bagaimana dengan kita sebagai umat yang hidup pada masa sekarang ini? Di tengah tawaran dunia yang menggiurkan, apakah di antaranya ada yang mampu menjamin keselamatan jiwa kita? Meski kita tidak lagi mampu berkomunikasi langsung dengan Allah seperti pada masa Zakharia, tetapi kuasa Allah itu juga dinyatakan bagi kita sampai saat ini. Tantangan terbesar kita adalah bagaimana hidup di dunia ini dengan tetap peka untuk merespon penyertaan Allah. Kesetiaan kepada Allah akan mendatangkan perlindungan bagi kita. Mungkin kita ada di antara orang yang mencari keuntungan sendiri, atau kita bekerja di tempat yang para pemimpinnya penuh kesombongan, atau kita tinggal di tengah masyarakat yang mengucilkan kita, namun jika mata kita tetap tertuju kepada Allah dan setia melakukan firman-Nya, maka damai sejahtera itu akan tinggal dalam jiwa kita, meski bumi yang kita diami ini compang-camping. Bukankah hanya Allah yang mampu mendatangkan hujan? Maka damai sejahtera di bumi ini pun hanya bersumber dari Allah. [dee]
“Manusia pandai mengucapkan janji, Allah pandai memenuhi janji.”
http://www.gkjw.web.id/bisa-memberi-hujan

Kamis, 13 November 2014

Berkenan Di Mata Tuhan

Bacaan : Yoel 2 : 21 – 27  |  Nyanyian : KJ 293 : 1, 3
Nats: “Maka kamu akan makan banyak-banyak dan menjadi kenyang, dan kamu akan memuji-muji nama TUHAN, Allahmu, yang telah memperlakukan kamu dengan ajaib…”  [ayat 26]

Pernahkah saudara menjadi seorang tamu kehormatan? Misalnya, diundang untuk menerima penghargaan langsung dari Presiden di istana negara. Tentu ini adalah hal yang istimewa, terlebih kita adalah anggota masyarakat biasa, bukan pejabat. Jika itu terjadi tentu kita akan mempersiapkan segala sesuatu dengan baik, mulai dari pakaian, rambut sampai parfum, mulai dari kata-kata, cara bersalaman, memberi hormat sampai cara berjalan, agar penampilan berkenan kepadanya.
Kehidupan bangsa Israel pada masa Nabi Yoel mengalami ketidaktaatan kepada Allah. Mereka melakukan hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Mereka seringkali mengabaikan perintah Tuhan dan melakukan kejahatan. Oleh karena itu Tuhan menghukum bangsa Israel dengan tulah belalang. Semua tanaman musnah dimakan oleh belalang. Tanah, sawah, ladang, kebun tidak menghasilkan apapun. Yang ada hanya kekeringan. Di sini nabi Yoel dipanggil untuk mewartakan kasih keselamatan Allah bagi Israel. Ia menyerukan agar bangsa Israel bertobat dan kembali kepada Allah. Tuhan berjanji akan memulihkan kembali keadaan bangsa Israel dan memberkati jika mereka bertobat. Konsep keselamatan dalam PL selalu berkaitan erat dengan kesetiaan kepada Allah. Jika mereka hidup menurut kehendak Allah, mereka mendapatkan berkat. Sebaliknya jika menyimpang dan tidak berkenan di hadapan Tuhan, hukuman dan kutuk yang akan mereka terima.
Hidup kita diperhadapkan pada pilihan, apakah kita mau melakukan kehendak Tuhan atau menyimpang dari kehendak-Nya? Apakah hidup kita berkenan di hadapan Tuhan atau sebaliknya? Pada dasarnya kita telah diberi keselamatan. Tanggung jawab kita atas keselamatan yang Tuhan berikan adalah hidup dalam kehendak-Nya. Caranya: senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan, membaca dan merenungkan isi Alkitab dan melakukan firman-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Berkenan di mata Tuhan adalah wujud dari panggilan kita. Karena itu marilah kita membangun sikap hidup yang penuh kasih dan kesetiaan kepada Allah seumur hidup kita. [AR]
“Tuhan berkenan kepada orang yang sungguh mengasihiNya.”
http://www.gkjw.web.id/berkenan-di-mata-tuhan

Jumat, 07 November 2014

Iman Digadaikan


Bacaan : Lukas 17 : 26 – 37  |  Pujian: KJ 375
Nats: “Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barang siapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya.”[ayat 33]

Beberapa waktu yang lalu, seorang warga senior dari sebuah Jemaat, bercerita kepada saya tentang rekan-rekan kerjanya. Ia bercerita bagaimana rekan-rekan kerjanya saat ini banyak yang telah memilih meninggalkan imannya kepada Kristus demi untuk mendapatkan jabatan tertentu di perusahaan. Kemewahan, kenikmatan, fasilitas dan prestise seolah-olah menjadi sesuatu yang lebih berharga. Saya hanya mencoba berfikir, apakah mungkin manusia yang hidup saat ini mulai berfikir bahwa kenikmatan duniawi jauh lebih berharga dibandingkan dengan janji keselamatan yang hanya dapat dibayangkan dengan angan-angan saja? Memang manusia mempunyai kebebasan dalam memilih jalan hidupnya atau apa yang dianggapnya baik untuk dilakukannya. Namun, benarkah bahwa janji Kristus hanya seperti sebuah dongeng bagi anak-anak menjelang tidur? Indah di dalam angan-angan saja.
Meski pada saat ini banyak orang yang telah menggadaikan imannya dan menukarkannya dengan sesuatu yang fana, namun banyak pula yang tetap setia pada imannya dan setia menantikan janji Tuhan. Bagi mereka, kesulitan bukanlah akhir dari perjalanan, namun justru meneguhkan iman mereka kepada Kristus. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi karena imannya kepada Kristus justru disadari sebagai sebuah konsekuensi atas pilihan iman. Dengan yakin dan percaya mereka begitu setia mempertahankan imannya bahkan ketika nyawa mereka sendiri menjadi taruhannya.
Bagaimana dengan kita? Pernahkah kita menjumpai atau mengalami sendiri pergumulan iman seperti itu? Bagaimana sikap kita bila kita diperhadapkan pada situasi seperti ini? Mana yang akan kita pilih, dunia (jabatan, kemewahan, prestise, dll) atau Kristus? Tentu tidaklah mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Namun percayalah, apabila kita dengan yakin dan berserah kepada Tuhan Yesus, maka Dia akan meneguhkan iman kita. Jadi berhati-hatilah dalam memilih, sebab pilihan kita akan menentukan masa depan kita. [DK]
“Mereka yang akan menjadi juara adalah mereka yang terus  berlari menuju garis finish.”
http://www.gkjw.web.id/iman-digadaikan

Senin, 03 November 2014

Tambahkanlah Iman Kami !


Bacaan : Lukas 17 : 1 – 6  |  Pujian: KJ 395 : 1, 4
Nats: “Lalu kata Rasul-rasul itu kepada Tuhan: ‘Tambahkanlah iman kami! ‘ [ayat 5]

Iman itu seperti benih. Tampaknya kecil dan lemah, tetapi di dalamnya ada kehidupan. Ketika dipendam atau ditanam, benih iman itu tidak nampak. Jiaklau dirawat, ia akan tumbuh dan melepaskan kuasa, menumbuhkan dedaunan, bunga dan buah yang berguna bagi semua ciptaan Tuhan, manusia maupun ciptaan yang lain. Sudah barang tentu, saudara dan saya memerlukan iman dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari di sekitar kita.
Iman untuk mengampuni (ay. 1-4). Kadang-kadang kita mudah menyerah dan putus asa ketika menghadapi orang yang terus menerus berkanjang dalam dosa. Namun, kita harus mengampuni mereka dan percaya bahwa Tuhan bekerja dalam hidup mereka. Kita harus menjadi batu loncatan, bukan batu sandungan. Bahkan, apabila mereka berulang kali berbuat dosa dan melakukan kesalahan kepada kita, dan ia menyesal, maka kita pun harus mengampuni mereka. Kita harus menjadikan diri kita yang membuat orang berdosa bertobat kepada Tuhan. Jangan sampai kita menyebabkan orang lain tersandung atau berbuat dosa.
Iman untuk melakukan perkara yang besar. Kita perlu iman untuk melakukan tanggung jawab, menyelesaikan pekerjaan apa saja dan memecahkan masalah sebesar apapun dalam hidup kita. Tuhan Yesus sendiri mengatakan, iman sebesar biji sesawi pun yang ada pada kita akan mampu memindahkan dan menanam Pohon Ara di dalam laut dan ia akan taat kepadamu    (ayat 6). Itu semua menggambarkan bahwa dengan iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat tentunya ada kuasa yang luar biasa. Kalau kita mau mencari dan mau minta kepada Tuhan untuk menambahkan iman, sudah barang tentu kita akan menemukannya dan mendapatkannya. “Tambahkanlah iman kami, Tuhan!” Iman kita akan terus bertambah jika kita suka dan sering merenungkan karya dan firmanNya, jika kita suka menghayati atau menghidupkan kasih karuniaNya di dalam hidup kita setiap hari. Firman, karya dan kasih karuniaNya sudah dinyatakan kepada kita. Sekarang tinggal menunggu renungan dan penghayatan kita. [DG]
“Dengan iman, kita dapat melakukan perkara-perkara yang besar.”]
http://www.gkjw.web.id/tambahkanlah-iman-kami