Kamis, 09 Oktober 2014

Roti Kering


Nenek itu duduk lesehan di dekat pintu keluar salah satu Supermarket besar di Jogjakarta. Di sisinya tergeletak sebuah rinjing yang ditutup plastik entah apa isinya. Saya yang baru saja keluar dari Supermarket itu disapanya: “Mbak…mbak…!” Melihat penampilannya yang lusuh, saya langsung membuka dompet dan memberinya selembar dua ribuan rupiah. “Ah…uang dua ribu sudah cukup banyak untuk pengemis ini” itu pikir saya yang sedang terburu-buru harus kembali ke kampus. Tapi, ternyata uang dua ribuan itu tak diterima oleh sang Nenek. Ia menggeleng pelan dan berkata, “kula mboten nyuwun, Mbak.” Bak disambar petir, saya langsung meminta maaf pada sang Nenek dan mulai memberinya waktu yang saya anggap berharga. Saya bertanya apa yang dijual, lalu ia membuka rinjingnya perlahan dan menunjukkan bongkahan roti kering. Ia menjelaskan bahwa rotinya didapatkan dari bakery terkemuka, dan ia olah sendiri menjadi roti kering. Harganya, empat bongkah dua ribu rupiah.Saya putuskan membeli roti keringnya, “Kula tumbas gangsal ewu, Mbah.” Mendengarnya, sang Nenek tersenyum bahagia, memasukkan bongkahan-bongkahan itu kedalam tas kresek hitam bekas yang saya yakin tidak bersih. Namun saya terima saja roti-roti itu dan segera membayarnya, sang nenek berterimakasih berulang kali dan beranjak dari tempatnya. Sementara berjalan ke tempat parkir, saya mengamati Nenek itu pergi dengan menggenggam lembar limaribuan tadi ke sebuah angkringan untuk membeli seplastik teh dan dua bungkus nasi kucing. Perasaan saya bercampur aduk luar biasa… Uang lima ribu rupiah itu membawa sukacita untuk seorang Nenek yang tadinya saya kira seorang pengemis.
Ternyata, kemegahan tak selalu perlu uang berlimpah. Nenek tadi mengingatkan kita, sama seperti yang juga sedang dilakukan oleh Paulus bahwa kemegahan manusia bukan bersumber dari kekayaan, kekuatan, kepandaian dan juga perbuatan. Tapi, kita bermegah berdasarkan iman! (ayat27).
Sebagai kaum yang disebut sebagai minoritas, seringkali kita menerima ketidakadilan dan kekerasan. Namun, marilah ingat bahwa bahkan dalam keterhimpitan ini kita masih diberi kesempatan untuk bermegah dalam iman. [Rhe]
“Kemegahan dunia hanya fatamorgana,  namun kemegahan dalam Kristus bertahan sepanjang masa.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar