Bacaan : Wahyu 4: 1-11.
Pujian : KJ 2: 2
Nats: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.” (ayat. 8b)
Pujian : KJ 2: 2
Nats: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.” (ayat. 8b)
Orang Kristen adalah penganut
agama yang paling banyak bernyanyi dibanding penganut agama manapun. Bahkan
dalam suasana duka sekalipun orang Kristen tetap bernyanyi. Kebiasaan ini
sangat menyenangkan, bagi semua orang, bagi yang mendengar, bagi yang menyanyi
dan tentu bagi Tuhan. Tetapi coba mari kita ingat-ingat, pada umumnya bagaimana
kita bernyanyi. Sudahkah kita selalu sungguh-sungguh setiap kali kita menyanyi?
Atau sering asal menyanyi saja, sedapatnya, asal bersuara saja? Sudahkah kita
selalu nyanyian kita itu mulai dari hati kita? Artinya, benar-benar menghayati
syair dan melodi yang kita nyanyikan. Jika nyanyian kita hanya karena ibadah,
“masak ibadah kok tidak menyanyi”, hanya asal menyanyi, asal bersuara saja,
walaupun suara kita bagus, apalagi kalau karena ingin mendapat pujian orang
yang mendengar, maka nyanyian kita tidak disukai oleh Tuhan. Nyanyian yang
disukai oleh Tuhan adalah yang berangkat dari hati kita. Dalam nyanyian itu ada
perasaan, keyakinan dan kontak batin dengan Tuhan. Jika demikian nyanyian kita,
maka nyanyian kita seolah tiada hentinya berkumandang. Sehingga, nyanyian itu
menyenangkan dan menentramkan hati yang menyanyikannya, kita sendiri, orang
lain dan Tuhan sendiri. Itulah nyanyian para malaikat Tuhan dalam bacaan kita
hari ini. Nyanyian mereka menyenangkan dan menentramkan para malaikat itu
sendiri, Yohanes (penulis kitab Wahyu) dan Tuhan. Nyanyian itu membuat semarak,
damai dan kebahagiaan kekal suasana sorga itu.
Tuhan telah melakukan segala
sesuatu selalu dengan sungguh-sungguh bagi kita. Demikian juga kita seharusnya
selalu dengan sungguh-sungguh menyanyikan setiap lagu baik bagi Tuhan maupun
bagi orang lain. Mari kita menyanyikan setiap lagu selalu dengan hati kita,
dengan penghayatan, dan dengan segala kekuatan tenaga dan pikiran kita. Dengan
demikian nyanyian kita akan mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman bagi
Tuhan, orang yang mendengarkan dan bagi kita sendiri. [ST]
“Nyanyian yang timbul dari hatimenentramkan hati.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar