Bacaan:
Yohanes 1 : 19-28 | Nyanyian: KJ 400: 3, 4.
“Ia
mengaku dan tidak berdusta, katanya Aku bukan mesias.” (ay. 20)
Yudhistira adalah salah satu tokoh
pewayangan yang dikenal sebagai sosok jujur, adil, sabar dan memiliki
spiritualitas tinggi. Sifat jujur yang dimilikinya begitu menonjol. Sehingga
dia mendapat kesan tersendiri di hadapan para dewa. Demikian juga di hadapan
para saudaranya, kejujuran yang dimiliki Yudhistira ini menjadikan dia dihargai
dan dihormati.
Sulitkah bersikap jujur? Pertanyaan
ini terasa begitu mudah, tetapi sulit untuk dijawab. Sepertinya tidak ada
seorangpun di dunia ini yang bisa benar-benar jujur dan tidak berbohong sama
sekali. Bahkan ada beberapa ungkapan yang mengatakan boleh tidak jujur asal
demi kebaikan. Terasa aneh, apakah kebaikan harus diwujudkan dengan
ketidakjujuran? Kebaikan seperti apa yang dihasilkan dari ketidakjujuran? Yang
sering terjadi adalah demi kebaikan (keuntungan) pribadi, orang berkata tidak
jujur.
Yohanes Pembabtis bisa saja tergoda
saat dia dianggap sebagai mesias yang datang untuk menyelamatkan dunia.
Seandainya dia mau berbohong, tentu tidak sedikit keuntungan yang dia dapatkan.
Bukan hanya materi, tetapi mungkin juga kehormatan dan kekuasaan. Tetapi
Yohanes Pembabtis masih bisa bersikap jujur. Dia tidak tergoda untuk tidak
jujur demi materi, kehormatan atau kekuasaan. Dengan tegas dia mengatakan bahwa
dia bukanlah mesias. Sebuah sikap yang patut kita renungkan dan kita teladani.
Mari melihat realita kehidupan kita
saat ini. Sepertinya lebih mudah menemukan orang yang baik daripada orang
jujur. Fatalnya lagi, orang yang berjuang menegakkan kebenaran dengan kejujuran
dianggap sebagai orang yang tidak baik. Sebuah fenomena yang menyakitkan.
Bahkan orang-orang yang berani jujur terkadang disingkirkan karena dianggap
mengganggu. Bersikap jujur ternyata penuh resiko. Karena, kejujuran itu
sebenarnya pahit untuk dirasakan. Dan tidak semua orang berani menghadapi
kenyataan bahwa jujur itu terkadang pahit untuk dirasakan.
Sebagai pengikut ajaran Kristus,
mari kita belajar bersikap seperti Yohanes Pembabtis yang tidak pernah kuatir
kehilangan popularitas karena menegakkan kejujuran. Bukankah berani jujur itu
hebat? (Oka)
“Jujur
itu mahal harganya. Karenanya hanya orang-orang hebat yang berani bersikap
jujur.”
http://www.gkjw.web.id/berani-jujur-itu-hebat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar