Nenek itu duduk lesehan di dekat
pintu keluar salah satu Supermarket besar di Jogjakarta. Di sisinya tergeletak
sebuah rinjing yang ditutup plastik entah apa isinya. Saya yang baru saja
keluar dari Supermarket itu disapanya: “Mbak…mbak…!” Melihat penampilannya yang
lusuh, saya langsung membuka dompet dan memberinya selembar dua ribuan rupiah.
“Ah…uang dua ribu sudah cukup banyak untuk pengemis ini” itu pikir saya yang
sedang terburu-buru harus kembali ke kampus. Tapi, ternyata uang dua ribuan itu
tak diterima oleh sang Nenek. Ia menggeleng pelan dan berkata, “kula mboten
nyuwun, Mbak.” Bak disambar petir, saya langsung meminta maaf pada sang Nenek
dan mulai memberinya waktu yang saya anggap berharga. Saya bertanya apa yang
dijual, lalu ia membuka rinjingnya perlahan dan menunjukkan bongkahan roti
kering. Ia menjelaskan bahwa rotinya didapatkan dari bakery terkemuka, dan ia
olah sendiri menjadi roti kering. Harganya, empat bongkah dua ribu rupiah.Saya
putuskan membeli roti keringnya, “Kula tumbas gangsal ewu, Mbah.” Mendengarnya,
sang Nenek tersenyum bahagia, memasukkan bongkahan-bongkahan itu kedalam tas
kresek hitam bekas yang saya yakin tidak bersih. Namun saya terima saja
roti-roti itu dan segera membayarnya, sang nenek berterimakasih berulang kali
dan beranjak dari tempatnya. Sementara berjalan ke tempat parkir, saya
mengamati Nenek itu pergi dengan menggenggam lembar limaribuan tadi ke sebuah
angkringan untuk membeli seplastik teh dan dua bungkus nasi kucing. Perasaan
saya bercampur aduk luar biasa… Uang lima ribu rupiah itu membawa sukacita
untuk seorang Nenek yang tadinya saya kira seorang pengemis.
Ternyata, kemegahan tak selalu perlu
uang berlimpah. Nenek tadi mengingatkan kita, sama seperti yang juga sedang
dilakukan oleh Paulus bahwa kemegahan manusia bukan bersumber dari kekayaan,
kekuatan, kepandaian dan juga perbuatan. Tapi, kita bermegah berdasarkan iman!
(ayat27).
Sebagai kaum yang disebut sebagai
minoritas, seringkali kita menerima ketidakadilan dan kekerasan. Namun, marilah
ingat bahwa bahkan dalam keterhimpitan ini kita masih diberi kesempatan untuk
bermegah dalam iman. [Rhe]
“Kemegahan dunia hanya
fatamorgana, namun kemegahan dalam Kristus bertahan sepanjang masa.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar