Bacaan : Lukas 6 : 20 – 26 | Nyanyian : KJ 391
Nats: “Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.” [ayat 26]
Nats: “Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.” [ayat 26]
Sebuah pujian memang diperlukan.
Konon katanya dengan pujian seseorang dapat menjadi semakin termotivasi untuk
menjadi lebih giat, lebih maju, dll. Namun pada saat yang sama, pujian juga
dapat membuat orang merasa dirinya sebagai orang yang superior (memilki
kelebihan dibandingkan dengan orang lain). Itu artinya bahwa pujian dapat juga
membawa seseorang kepada kejatuhan dan kesombongan. Bayangkan saja apabila
seseorang merasa bahwa dirinya bisa melakukan apa saja tanpa bantuan orang
lain! Atau mungkin juga dapat terjadi bahwa orang tersebut akan memandang
rendah orang lain.
Pujian bukanlah sesuatu yang buruk,
tetapi ketika kita terlalu sering mendengar pujian, maka bukan tidak mungkin
suatu saat kita akan menjadi orang yang tidak tahan menghadapi kritikan sekecil
apapun. Apabila kita perhatikan, Tuhan Yesus telah memperingatkan, bahwasanya
kita harus berhati-hati dan waspada terhadap pujian. Ada puji-pujian yang
palsu, yang menina-bobokkan seseorang atau bahkan melambungkannya terlalu
tinggi.
Pesan dalam bacaan kita di atas
sudah sangat jelas. Dalam hal mengikut Kristus, maka kita akan diperhadapkan
pada situasi yang seringkali tidak nyaman. Akan ada banyak kritik, celaan dan
kebencian yang bisa kita terima ketika kita mengikut Dia, bahkan mungkin kita
bisa dikucilkan dari pergaulan (ay.22-23). Namun justru Tuhan Yesus menyatakan
bahwa kita patut berbahagia karenanya.
Nabi-nabi palsu lebih menyuarakan
“apa yang ingin didengar” dan bukan “apa yang harus didengar” oleh umat.
Artinya, bahwa mereka memiliki kecenderungan untuk menyampaikan hal-hal yang
kelihatannya baik padahal sebenarnya tidak demikian. Kita hanya mau mendengar
sesuatu yang mengenakkan telinga. Kita cenderung enggan untuk mendengar suara
Tuhan yang menegur dengan keras, padahal di balik itu justru ada kekuatan baru.
Marilah kita belajar dengan sungguh-sungguh untuk mendengarkan suara Tuhan.
[DK]
“Pujian yang tulus membangkitkan
sukacita namun pujian palsu dapat meruntuhkan hati”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar