Bacaan : Lukas 8 : 16 – 18
Nats : Ayat 17
Nyanyian : KJ 302
Nats : Ayat 17
Nyanyian : KJ 302
Dalam sebuah persekutuan keluarga terdiri dari 4 orang, Bp. Ibu dan 2 orang anak laki-lakinya, sang ibu bertanya kepada anak nya: “Mas, kemarin sekolah minggu kamu dikasih uang sama ibu berapa?” “Dua ribu sama lima ribu” jawabnya. “Ibu ‘kan bilang lima ribu untuk persembahan dan yang dua ribu untuk kamu jajan. Ibu kemarin tiba-tiba pingin ikut menghitung persembahan, dan ibu tidak melihat uang lima ribu dalam kantong persembahan.” Tetapi sang anak masih terus ngotot bahwa uang lima ribu itu sudah masuk ke dalam kantong persembahan.
Dengan tenang sang ayah bilang kepada anaknya: “Mas, kalau kamu merasa salah tidak perlu ngotot seperti itu, semakin kamu ngotot semakin memperjelas kesalahanmu, sekarang kamu bertobat minta ampun pada Tuhan, sekaligus menutup doa pagi ini.” Kemudian anak ini berdoa minta ampun kepada Tuhan dan berjanji tidak akan mengulang lagi kesalahanya. Tetapi kebenaran itu memang harus terus dijaga dan dipelihara. Ketika anak itu menjelang remaja, dia kembali ketahuan berbuat dusta. Waktu itu sang anak tidak mau diajak ibadah di Gereja sore dengan alasan dia ada acara di sekolah. Dia ke gereja pagi sendiri. Malamnya bapaknya bertanya: “Tadi pagi siapa yang khotbah?” Dijawabnya: “Pdt. Tyas.” “Dia itu laki-laki apa permpuan?” lanjut tanya ayahnya. Dijawabnya: “Ya perempuanlah! Wong namanya aja Tyas,” karena guru agamanya bernama Tyas dan perempuan. Padahal pagi itu yang berkhotbah Bapak Pdt. Tyas Lumadi Silas, seorang laki-laki. Orang tua anak ini langsung ketawa mendengar jawaban tsb. Itulah cara Tuhan menemukan berbagai kebohongan. Janganlah coba-coba berbohong, menyembunyikan sesuatu, apalagi di hadapan Tuhan. Pada saatnya, semuanya pasti akan terbongkar. Tidak ada yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. [HB]
“Sekali orang menyembunyikan dosa, dia akan berbuat dosa lagi untuk menutupi kebohongannya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar