Bacaan : Markus 6:17-29.
Pujian: KJ 33:1,3
Pujian: KJ 33:1,3
Di jaman sekarang ini jika tidak jeli mengamati perilaku orang, kita bisa dirugikan. Karena itu tuntutan hidup cerdas, cerdik serta cermat mutlak dimiliki oleh setiap orang yang berkeinginan untuk hidup lebih maju. Mengapa hal ini disampaikan? Karena sudah terlalu banyak orang yang suka mengambil kesempatan dari persoalan orang lain demi meraup keuntungan pribadi (opportunis). Demi rupiah, demi popularitas, demi nama baik, gengsi dan sebagainya. Pada saat seseorang berperan seperti itu, mereka tidak segan-segan menyakiti orang lain bahkan mengkhianati saudaranya sendiri. Karena alasan demi orang miskin, hasrat untuk mendongkrak popularitas dan gengsi bagi para opportunis kelas kakap, mereka rela berperang dengan dirinya sendiri yaitu berperang dengan hati nurani yang pada dasarnya berseberangan.
Sebuah perjuangan yang disertai kejujuran terhadap hati nurani ditampilkan oleh Yohanes Pembaptis. Tidak segan-segan dia memberikan nasehat dan peringatan kepada Herodes Antipas yang adalah seorang raja, karena perilakunya merebut isteri saudaranya sendiri, Herodias (18). Yohanes Pembaptis adalah orang yang punya keberanian. Hidupnya bebas, ia adalah anak padang gurun dan anak alam luas terbuka. Karena ucapannya yang benar namun dianggap salah, menjadikan dia harus dipenjarakan di benteng Makhaerus dengan harapan dia mau berubah menurut kemauan raja. Namun Yohanes lebih suka mati daripada harus hidup dalam kepalsuan.
Acapkali seseorang berusaha membungkam hati nuraninya demi kepentingan dan kesenangan pribadinya. Tidak mudah menjadi seperti Yohanes Pembaptis. Tapi itu bukan hal yang mustahil untuk bisa kita lakukan. Marilah kita mulai dari diri sendiri, untuk jujur dengan hati kita. Ingat bahwa kejujuran membawa ketentraman jiwa. Ketentraman jiwa tidak bisa dihargai dengan apapun yang ada di dunia ini. Ketentraman itulah yang akan mampu menyatukan kita dengan sesama, terlebih dengan Tuhan Sang Pemilik ketentraman yang sejati. Janganlah membungkam suara hati nurani kita, dengarkanlah baik-baik. [khm]
“Hati nurani tidak bisa dibohongi”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar