Bacaan : Ester 4 : 10 – 17
Pujian : KJ 169
Nats : “…….Kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.” [ayat 16 - d]
Pujian : KJ 169
Nats : “…….Kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.” [ayat 16 - d]
Memiliki jabatan atau kekuasaan,
mungkin menjadi impian bagi sebagian orang. Dengan jabatan atau kekuasaan yang
tinggi, manusia dapat memperoleh segala-galanya. Demikian pula halnya dengan
Haman bin Hamedata, seorang pejabat pada masa pemerintahan Raja Cyrus
(Ahasyweros), yang merasa dirinya layak mendapat penghormatan dari orang lain
yang dianggapnya lebih rendah statusnya. Ketika Mordechai tidak mau sujud
kepadanya, harga dirinya mulai terusik. Hatinya mulai panas dan ingin
membalaskan sakit hatinya, bukan saja kepada Mordechai, namun lebih dari itu ia
ingin melenyapkan bangsa Israel yang saat itu berada di tempat pembuangan.
Keadaan tersebut tentu saja
mengancam eksistensi kehidupan bangsa Israel. Bila rencana itu berhasil
dijalankan, maka bangsa Israel akan menghilang dari sejarah peradaban manusia.
Pergumulan menghadapi maut bagi bangsa Israel ini tentu bukanlah masalah
sederhana, bahkan Ester yang hidup di dalam istana sekalipun tidak akan luput
dari bahaya ini (ayat 13). Keyakinan Mordechai-lah yang menyemangati Ester
untuk berbuat sesuatu. Bahkan bila seandainya Ester tidak mau berbuat sesuatu
apa-apa, Mordechai meyakini bahwa pertolongan Tuhan dapat terjadi melalui siapa
saja.
Ester menghadapi dilema yang sangat
sulit, satu-satunya jalan yang harus dilakukannya adalah menghadap Raja.
Ia menyadari bahwa menghadap Raja tanpa panggilan dapat menyebabkan hukuman
mati baginya, kecuali apabila Raja mengulurkan tongkat emasnya. Bagi Ester,
dengan menghadap Raja setidak-tidaknya akan ada peluang untuk menyelamatkan
bangsanya, meski ia sendiri harus bertaruh nyawa atas tindakannya itu. Itu
nampak dari ucapannya: “…….kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.”
Siapakah di antara kita yang mampu
berbuat seperti Ester, seorang wanita yang mungkin dianggap lemah, namun mampu
menunjukkan kekuatan hatinya, bahkan ketika ia harus berhadapan dengan maut
sekalipun? Marilah kita meneladani sikap pengorbanan Ester, yang berjuang bukan
untuk dirinya sendiri namun rela berkorban bagi orang lain. Amin. [DK]
“ Tidak ada kasih yang lebih
besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya.” [Yohanes 15 : 13]